Penyusun : Hani Rahmawati, S.Pd
ABSTRAK
Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa SMA merupakan permasalahan yang menuntut seorang guru untuk menerapkan model pembelajaran yang mampu menciptakan kegiatan pembelajaran dikelas menjadi bervariatif didalam pembelajaran Ekonomi.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran inquiry untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran Ekonomi pada materi ketenagakerjaan. Desain penelitian yang digunakan adalah Desain Quasi Eksperimen bentuk Nonequivalent Control Group Design. Subyek penelitian ini adalah siswa SMA, dengan populasi penelitiannya adalah siswa SMA BPI 2 Bandung dan sampel penelitiannya adalah siswa kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan alat atau instrumen berbentuk tes soal uraian.
Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan dua jenis tes, yaitu pretes dan postes. Untuk memperoleh data yang diperlukan ditempuh prosedur penelitian diantaranya melalui tiga tahapan yaitu tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan dan tahapan analisis data. Data penelitian dihitung dan diolah menggunakan statistik parametrik dengan pengujian hipotesis (uji-t) yang sebelumnya telah melakukan pengujian normalitas dan homogenitas sebagai syarat pengujian statistik parametrik, serta dengan menggunakan rumus Gain ternormalisasi.
Hasil penelitian pretes kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas XI IPA 2 (eksperimen) memperoleh rata-rata nilai 64,26 dan kelas XI IPA 1 (kontrol) memperoleh rata-rata nilai 59,68. Dari rata-rata nilai kedua kelas tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa tidak berbeda secara signifikan. Namun, setelah diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran inquiry yang diterapkan dikelas XI IPA 2 (eksperimen) memiliki rata-rata nilai postes 89,65 sedangkan kelas XI IPA 1 (kontrol) memiliki rata-rata nilai postes 65,40 yang menggunakan pembelajaran secara konvensional. Dari rata-rata kedua kelas tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis di kelas eksperimen hasilnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di kelas kontrol.
Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan (1) terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dan kelas kontrol tidak mendapatkan perlakuan. (2) model pembelajaran inquiry efektif meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran ekonomi dikelas XI khususnya pada materi ketenagakerjaan dan mengalami kualitas peningkatan antara kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan dan kelas kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Inquiry, Kemampuan Berpikir Kritis
PENDAHULUAN
Masalah yang dihadapi dilapangan berdasarkan hasil pengamatan peneliti menyatakan bahwa proses kegiatan belajar mengajar dikelas XI pada mata pelajaran ekonomi mengalami masalah dalam pembelajaran dikelas yang ditandai dengan rendahnya kemampuan siswa dalam berpikir kritis sehingga berdampak siswa tidak mampu menyelesaikan suatu permasalahan yang berkenaan dengan mata pelajaran ekonomi. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan siswa dalam berpikir kritis diantaranya sebagai berikut:
- Rendahnya kemampuan siswa dalam mengklasifikasi
- Siswa kurang mampu dalam mengidentifikasi
- Rendahnya kemampuan siswa dalam menyimpulkan
- Kurang mampu siswa dalam menghadirkan suatu argumen
Ada beberapa penyebab rendahnya indikator kemampuan berpikir kritis berdasarkan pengamatan dilapangan yaitu kegiatan mengajar guru kurang kreatif hanya sebatas menjelaskan materi pelajaran lalu di akhir pembelajaran, siswa diberikan tugas berupa soal-soal latihan tanpa ada interaksi antara siswa dan guru atau timbal balik. Terkadang guru menggunakan pembelajaran diskusi namun, diskusi yang dilakukan tidak begitu jelas hanya sebatas memberikan tugas tanpa membiasakan melatih siswa dalam hal kemampuan berpikirnya.
Penyebab lain yaitu budaya belajar siswa yang konvensional dimana belajar pada dasarnya adalah menerima materi dari guru. Dengan demikian siswa beranggapan guru adalah sumber belajar utama, maka sulit mengubah pola belajar mereka.
Kondisi pembelajaran dikelas seperti ini menunjukkan adanya guru terlalu berperan dikelas (teacher oriented), guru terbiasa mengajar menggunakan pembelajaran konvensional seperti metode ceramah. Sehingga guru tidak mampu membangkitkan motivasi siswa dalam hal belajar, strategi pembelajaran yang monoton, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat sehingga menurunkan antusiasme siswa terhadap mata pelajaran ekonomi.
Berdasarkan faktor penyebab diatas, siswa kelas XI memiliki kesulitan belajar dalam hal berpikir secara kritis. Menurut peneliti model pembelajaran mempunyai peranan penting dari kelemahan tersebut. Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa diantaranya model pembelajaran berbasis scientific. Pembelajaran ini menjadikan siswa aktif terlibat didalam proses pembelajaran dikelas.
Solusi dari permasalahan yang timbul terkait belum optimalnya kemampuan siswa dalam berpikir kritis siswa maka perlu adanya model mengajar yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran ekonomi serta adanya penerapan model pembelajaran yang tepat dan bervariasi akan membantu pencapaian tujuan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis. Salah satunya adalah model pembelajaran inquiry.
Pembelajaran inquiry menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Peran peserta didik dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan pendidik berperan sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk belajar. Model inquiry ini adalah strategi belajar yang dirancang khusus untuk membimbing siswa dalam memecahkan suatau masalah secara sistematis, kritis, logis dan analisis sehingga siswa mampu merumuskan sendiri penemuanya dengan penuh percaya diri.
Atas dasar permasalahan-permasalahan tersebut mengingat kondisi dilapangan, maka penulis meneliti dengan judul skripsi “Efektifitas Model Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.”
Berdasarkan paparan tersebut di atas rumusan masalah yang diajukan adalah “Efektifkah model pembelajaran inquiry untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.”
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang efektifitas model pembelajaran inquiry dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
KAJIAN LITERATUR
Model Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran ini menuntut keterlibatan aktif para siswa untuk menyelidiki dan mencari melalui proses berpikir aktif. Dalam proses pembelajaran ini, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima materi pembelajaran dari keterangan verbal seorang guru, melainkan juga berperan aktif untuk menemukan jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan oleh guru. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang mengantarkan pada permasalahan melalui pertanyaan.
Pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein, yang berarti saya menemukan. Salah satu pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah inquiry.
Rudi Hartono (2013:61) menyatakan bahwa pembelajaran inquiry adalah pembelajaran yang merangsang, mengajak siswa untuk berpikir kritis, analitis, dan sistematis dalam rangka menemukan jawaban secara mandiri dari berbagai permasalahan yang diutarakan.
Menurut Sitiatava Rizema Putra (2013:86-87) menyatakan bahwa “Inquiry merupakan suatu proses untuk memperoleh informasi melalui observasi atau eksperimen untuk memecahkan suatu masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.”
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inquiry adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan kepada proses mencari dan menemukan berbagai permasalahan dengan melibatkan siswa untuk berpikir secara sistematis, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri jawaban dari suatu masalah.
Menurut Trianto (2009:166) mengemukakan sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran dan (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Ciri–Ciri Pembelajaran Inquiry
Ciri-ciri pembelajaran inquiry menurut Hosnan (2014:341) diantaranya sebagai berikut:
- Pembelajaran inquiry menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya, pembelajaran inquiry menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan pendidik secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
- Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, pembelajaran inquiry menempatkan pendidik bukan sebagai sumber belajar, melainkan sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara pendidik dan peserta didik. Karena itu kemampuan pendidik dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inquiry.
- Tujuan dari penggunaan pembelajaran inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inquiry, peserta didik tak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, peserta didik akan dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.
Langkah–Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inquiry
Secara umum, ada beberapa langkah-langkah dalam pembelajaran inquiry menurut Sanjaya (Sitiatava Rizema Putra 2013:101-104) diantaranya sebagai berikut:
- Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal-hal yang dilakukan dalah tahap orientasi ini ialah sebagai berikut:
- Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
- Menerangkan pokok-pokok kegiatan yang mesti dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini, dijelaskan langkah-langkah inquiry serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai merumuskan kesimpulan.
- Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
- Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa peserta didik pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki dan siswa didorong untuk mencari jawaban tepat.
- Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
- Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk mengkaji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inquiry, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
- Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
- Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, sebaiknya guru mampu menunjukkan kepada siswa tentang data-data yang relevan.
Kemampuan Berfikir
Pengertian Kemampuan Berpikir
Kamus Webster ‘s Twentieth Century Dictionary edisi kedua, mengartikan thinking dalam beberapa arti, yaitu “to bring the intellectual facilities into play: to use the mind to arriving conclusion, making decision, drawing inferences, etc: to perform any mental operation, to reason”. Berdasarkan Kamus Webster’s (Deri, 2010:65) dipahami bahwa berpikir adalah kegiatan mental, proses kognitif seseorang dalam menggunakan pikirannya untuk mencapai kesimpulan, membuat keputusan, menggambarkan kesimpulan. Senada dengan Kamus Umum Bahasa Indonesia (Deri, 2010:65) yang mengartikan berpikir sebagai aktivitas memakai otak untuk mengira-ngira, mempertimbangkan sesuatu, memcahkan masalah dan sebagainya. Sementara Sanjaya (Deri, 2010:65) menyatakan “the term “thinking’ refers many to many kind of activities thar involve the manipulation of concept and symbol, representation of objects and event”. Mengartikan berpikir sebagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang sebagai objek dan peristiwa.
Menurut Costa (Deri, 2010:66) yang menyatakan “thinking is generally asumed to be cognitive progress, a model act by which knowledge is acquired”. Berpikir umumnya dianggap sebagai perkembangan kognitif, sebuah bentuk cara memperoleh informasi. Sedangkan Hasan (Deri, 2010:66), proses berpikir adalah upaya mencari jawaban yang bermakna bagi orang yang mempertanyakan dalam bentuk pemecahan masalah yang dapat dikemukakannya. Arthawati (Deri, 2010:66) menyatakan “berpikir adalah proses sebuah mengambil kesimpulan.”
Pengertian berpikir menurut Purwanto (2013:43) menyatakan bahwa berfikir adalah satu keaktipan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Kita berfikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian yang kita kehendaki. Abu Ahmadi (2009:83) mengemukakan “berpikir adalah merupakan aktivitas psikis yang intensional dan terjadi apabila seseorang menjumpai problema (masalah) yang harus dipecahkan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah merupakan suatu proses mencari dan menemukan sesuatu ide dan konsep dalam rangka pemecahan suatu masalah.
Nana Syaodih Sukmadinata (2004:177) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberikan keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. John Dewey (Alec Fisher, 2009:3) menamakannya sebagai ‘berpikir reflektif dan mendefinisikannya sebagai: Pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya.
Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Kowiyah (2012:5) adalah (1) Mengintrepretasi yaitu a) Mengkategorikan; b) Mengklasifikasi; (2) Menganalisis yaitu a) Menguji; b) Mengidentifikasi; (3) Mengevaluasi yaitu a) Mempertimbangkan; b) Menyimpulkan; (4) Menarik Kesimpulan yaitu a) Menyaksikan Data; b) Menjelaskan kesimpulan; (5) Penjelasan yaitu a) Menuliskan hasil; b) Menghadirkan argumen; (6) Kemandirian yaitu a) Melakukan koreksi; b) Melakukan pengujian.
Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengklasifikasi, mengidentifikasi, menyimpulkan, dan menghadirkan argumen. Indikator-indikator ini dipilih atas pertimbangan penulis yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan yakni quasi eksperiment. Quasi eksperiment dalam hal ini untuk meneliti hubungan kausal atau sebab akibat antardua variabel atau lebih pada satu atau lebih kelompok eksperimental. Metode penelitian quasi eksperiment bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran mana yang lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa dalam proses pembelajaran dalam mata pelajaran ekonomi khususnya pada materi ketenagakerjaan. Hal ini dapat diketahui dengan cara membandingkan antara dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran inquiry dengan model pembelajaran diskusi kelompok, dan selanjutnya melihat bagaimana dampaknya terhadap kemampuan berpikir kritis pada siswa.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian eksperimen ini adalah Nonequivalent Control Group Design. Desain ini hampir sama dengan pretest-postes control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Penelitian ini diawali dengan memberikan Pretest atau tes awal untuk masing-masing kelompok guna mengetahui kemampuan awal siswa. Selanjutnya dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran inquiry pada kelas eksperimen dan pembelajaran secara konvensional pada kelas kontrol.
Adapun Desain Quasi Eksperimen bentuk Nonequivalent Control Group Design. Sugiyono (2013:116) yaitu :
Keterangan :
O1 dan O3 : Tes Awal (Pretes) Pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol
X : Perlakuan atau Treatment
O2 : Tes Akhir (Postes) Pada Kelas Eksperimen
O4 : Tes Akhir (Postes) Pada Kelas Kontrol
Kelompok kontrol dalam penelitian ini dengan menggunakan pembelajaran diskusi kelompok.
Sifat penelitian yang digunakan bersifat kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka-angka. Maka proses pengujian terhadap rumusan hipotesis penelitian menggunakan pengolahan statistika. Untuk menguji tingkat keterkaitan maka model pembelajaran inqiury merupakan variabel X, sedangkan variabel Y nya adalah berpikir kritis siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah Tes yaitu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Agar memperoleh hasil penelitian yang valid, maka penelitian itu harus menggunakan instrumen yang valid atau sahih. Di dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi berkenaan dengan kesahihan instrumen dengan materi yang akan ditanyakan, baik menurut per butir soal maupun menurut soalnya secara menyeluruh.
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan hanya satu macam instrumen penelitian, yaitu berupa butir-butir soal tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Ekonomi dalam materi ketenagakerjaan, tes yang digunakan berupa tes tertulis bentuk soal uraian. Tes ini dilakukan dalam dua cara berupa pretes dan postes.
Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu: 1) tahap persiapan, 2) tahap pelaksanaan, dan 3) tahap pengolahan dan analisis data. Secara garis besar kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
- Tahap Persiapan
Langkah pertama pada tahap persiapan adalah: a) Studi literatur terhadap kurikulum mata pelajaran Ekonomi kelas XI SMA, Studi literatur model pembelajaran inquiry, dan studi literatur tentang keterampilan berpikir kritis, b) membuat perangkat pembelajaran dan menyusun instrumen penelitian untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran ekonomi dalam materi ketenagakerjaan, c) menerapkan model pembelajaran inquiry untuk kelas eksperimen dan menerapkan pembelajaran diskusi kelompok untuk kelas kontrol.
- Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pembelajaran. Pada kelas eksperimen proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran inquiry yang diawali dengan pretes (tes awal) dan diakhiri dengan postes (tes akhir). Sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran diskusi kelompok yang diawali dengan pretes (tes awal) dan diakhiri dengan postes (tes akhir). Pelaksanaan penelitian ini memerlukan waktu 8 jam pelajaran, dengan rincian dua jam pelajaran (2 x 45 menit) digunakan untuk pretes baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, masing-masing 4 jam pelajaran (4 x 45 menit) pelaksanaan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry dan menggunakan model pembelajaran diskusi kelompok untuk kelas kontrol, dan kegiatan akhir pembelajaran dilakukan pemberian postes baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tes awal dan tes akhir untuk mengetahui kemampuan berpkir krtis siswa dalam mata pelajaran ekonomi pada materi ketenagakerjaan, baik dikelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran inquiry maupun dikelas kontrol yang menggunakan pembelajaran secara konvensional.
- Tahap Analisis Data dan Penyusunan Laporan
Pada tahap ini diperoleh data yang terkumpul melalui penelitian berupa data kuantitatif berdasarkan hasil dari pretes dan postes yang diberikan kepada siswa. Data kuantitatif diolah secara statistik, kemudian dilakukan penyusunan laporan.
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data mentah yang belum memiliki makna. Agar data hasil penelitian memiliki makna dan memberikan jawaban atas permasalahan yang diajukan, maka data ini harus diolah terlebih dahulu sehingga dapat memberikan arahan untuk pengkajian lebih lanjut. Dalam melakukan pengolahan data tes tertulis, dilakukan langkah-langkah berikut hingga didapat suatu data akhir.
- Data yang diperoleh dari hasil tes (pretes dan postes) diberi skor maksimum nilai yaitu 100.
- Menghitung nilai pretes dan postes setiap siswa dengan menggunakan rumus berikut:
Analisis data dengan menggunakan statistik dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Office Excel 2007. Data yang diperoleh melalui serangkaian kegiatan penelitian menghasilkan berupa angka atau skor berdasarkan hasil pretes dan postes yang diberikan kepada siswa.
Data dihitung menggunakan beberapa tahapan pengujian diantaranya melakukan uji prasyarat analisis diantaranya uji normalitas untuk melihat apakah hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol hasilnya berdistribusi normal atau tidak. Selanjutnya melakukan pengujian statistik uji homogenitas tujuannya untuk melihat apakah ada homogen atau kesamaan varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tahap selanjutnya menggunakan pengujian uji hipotesis (uji-t), penggunaan pengujian statistik uji hipotesis (uji-t) untuk melihat taraf signifikansi perbedaan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tahap pengujian statistik terakhir yaitu melakukan pengujian statistik pengujian uji gain, pengujian statistik ini dimaksudkan untuk melihat kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan hasil pretes dan postes dari kedua kelompok sampel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Sebelum menelaah hasil penelitian, terlebih dahulu melakukan penentuan kelompok sampel yang terdiri dari kelompok eksperimen yang mendapatkan perlakuan dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan, dari langkah tersebut didapatkan hasil berupa skor yang akan dilakukan pengujian statistik di mulai dari pengujian analisis prasyarat uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis (uji-t).
Pengujian statistik yang digunakan memperoleh data dari pemberian pretes dan postes kepada kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2. Setelah dilakukan pengujian analisis prasyarat pengujian statistik dilakukan kembali menggunakan pengujian uji gain untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis diantara kedua kelompok tersebut. Maka setelah dilakukan pengujian statistik terhadap kedua kelompok sampel tersebut dapat dilakukan telaah hasil penelitian berdasarkan tujuan penelitian sebagai berikut :
Perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran inquiry dengan siswa yang tidak mendapatkan model pembelajaran inquiry.
Pelaksanaan model pembelajaran inquiry dikelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan instrumen berupa tes berbentuk soal uraian. Dalam melihat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada kemampuan berpikir kritis siswa, maka untuk membuktikan itu peneliti melakukan langkah-langkah pengujian statistik yang sebagaimana telah diutarakan pada Bab III. Maka dari langkah-langkah tersebut diperoleh hasil berbentuk skor.
Skor diperoleh dari hasil pretes dan postes yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pretes diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum pelaksanaan pembelajaran dikelas dimulai. Untuk mengetahui kesetaraan awal kedua kelas dalam kemampuan berpikir kritis, maka dilakukan beberapa tahapan pengujian statistik yaitu uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis (uji-t). Perhitungan data menggunakan program Micosoft Excel 2007. Sebelum skor atau hasil yang didapatkan untuk sampai kepada kesimpulan akhir, maka pengujian statistik yang pertama dilakukan adalah uji normalitas, pengujian statistik uji normalitas untuk melihat apakah hasil pretes menunjukkan sampel yang berdistribusi normal atau tidak serta hasil uji normalitas ini menunjukkan kesetaraan awal kedua kelas dalam kemampuan berpikir kritis.
Data pretes yang diperoleh dari masing-masing kelas akan dilakukan pengujian statistik uji normalitas, data akan di uji menggunakan uji Liliefors dan pengolahan data peneliti menggunakan program Micosoft Excel 2007 dengan taraf signifikansi 5% (0,05), adapun hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H0 : sampel berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berdistrbusi normal
Dengan kriteria pengujian :
Jika L hitung < L tabel, maka H0 diterima
Jika L hitung > L tabel, maka H1 ditolak
Dari kedua sampel tersebut menunjukkan bahwa hasil pretes pada kelas eksperimen dengan L hitung = 0,09043289 dan pada kelas kontrol dengan L hitung = 0,11562006, dapat dilihat hasil perhitungan statistik uji normalitas pada Lampiran C.1 hal 101-104. Diketahui kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki nilai L tabel adalah sebesar 0,14372818 dengan taraf signifikansi 5% atau dibawah (0,05). Artinya L hitung dari kedua kelompok sampel tersebut memperoleh hasil kurang dari L tabel, maka H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data nilai pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki data yang berdistribusi normal.
Data pretes dari kedua kelompok sampel tersebut menunjukkan bahwa hasil pengujian statistik uji homogenitas diketahui F hitung adalah sebesar 1,111688858 sedangkan F tabel sebesar 1,729507032. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yaitu F hitung < F tabel, maka H0 diterima artinya kedua kelompok sampel tersebut mempunyai varians nilai yang homogen. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.
Pengujian selanjutnya dalam melihat kesetaraan awal kedua kelas dalam kemampuan berpikir kritis, maka dilakukan pengujian statistik uji hipotesis (uji-t) pengujian ini bertujuan untuk melihat kesetaraan awal kedua kelas dalam kemampuan berpikir kritis. Setelah dinyatakan bahwa hasil pretes dari kedua kelompok sampel tersebut termasuk data yang berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pembuktian hipotesis yang diajukan untuk indikator kemampuan berpikir kritis dilakukan dengan menggunakan pengujian statistik uji hipotesis (uji-t).
Pengujian statistik uji hipotesis (uji-t) menggunakan program Micosoft Excel 2007 dengan taraf signifikansi 5% 0,05. Adapun perumusan hipotes untuk pengujian statistik uji hipotesis (uji-t) dengan keputusan pengujian adalah sebagai berikut :
H0 diterima (H1 ditolak) jika T hitung < T tabel = Tidak terdapat perbedaan antara kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapatkan model pembelajaran inquiry dengan siswa yang tidak mendapatkan model pembelajaran inquiry.
H0 ditolak (H1 diterima) jika T hitung > T tabel = Terdapat perbedaan antara kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapatkan model pembelajaran inquiry dengan siswa yang tidak mendapatkan model pembelajaran inquiry.
Pengujian statistik uji hipotesis (uji-t) dilakukan dengan ketentuan, yaitu :
- Jika T hitung < T tabel, maka H0 diterima
- Jika T hitung > T tabel, maka H0 ditolak
Diketahui data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil perhitungan uji hipotesis (uji-t) menunjukkan bahwa T hitung < T tabel adalah 1,56049321 < 1,992543466 maka H0 diterima (H1 ditolak), artinya bahwa data pretes yang diperoleh dari kedua kelompok sampel tersebut tidak terdapat perbedaan antara kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapatkan model pembelajaran inquiry dengan siswa yang tidak mendapatkan model pembelajaran inquiry.
Berdasarkan uraian diatas bahwa dapat disimpulkan hasil yang diperoleh data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan adanya kesetaraan kemampuan dalam hal kemampuan berpikirnya dimana artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang termasuk kelas eksperimen dan siswa yang termasuk kelas kontrol. Diketahui data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil perhitungan uji hipotesis (uji-t) menunjukkan bahwa T hitung > T tabel adalah yaitu 11,02998739 > 1,992543466 maka H1 diterima (H0 ditolak). Bahwa artinya terdapat perbedaan antara kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapatkan model pembelajaran inquiry dengan siswa yang tidak mendapatkan model pembelajaran inquiry.
Berdasarkan uraian diatas bahwa dapat disimpulkan terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana kelas eksperimen hasilnya lebih besar setelah mendapatkan perlakuan model pembelajaran inquiry dibanding dengan kelas kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan model pembelajaran inquiry. Pada tahap pelaksanaan penelitian ini, bahwa peneliti telah menerapkan langkah atau sintak pembelajaran inquiry dikelas eksperimen yang sebagaimana yang telah diutarakan pada Bab II dengan urutan sintak atau langkah yang benar dan sesuai.
Efektifitas model pembelajaran inquiry dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran inquiry dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk melihat sejauh mana beda kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, hal ini dilakukan dengan pengujian statistik uji gain, maka untuk membuktikan itu peneliti melakukan langkah-langkah pengujian statistik. Tujuan perhitungan statistik uji gain untuk melihat apakah hasil pretes dan postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan atau tidak. Setelah hasilnya diketahui, selanjutnya menentukan klasifikasi nilai gain yang terdiri dari klasifikasi rendah, sedang dan tinggi.
Diketahui hasil analisis perhitungan statistik uji gain pada penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan indeks gain kelas eksperimen adalah sebesar 0,70 dapat diklasifikasikan kedalam kelompok indeks gain tinggi sedangkan kelas kontrol adalah sebesar 0,50 dapat dikategorikan kedalam kelompok indeks gain sedang. Dari hasil perhitungan statistik uji gain diatas diperoleh rata-rata indeks gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang memiliki perbedaan peningkatan yang cukup jauh, dimana kelas eksperimen yang menerima perlakuan model pembelajaran inquiry peningkatan dalam berpikir kritis hasilnya lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran secara konvensional.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang telah dihitung menggunakan pengujian statistik dan pengolahan data peneliti menggunakan program Micosoft Excel 2007. Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inquiry efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dikelas XI dan mengalami kualitas peningkatan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang hasilnya jauh berbeda. Dengan demikian hipotesis berdasarkan tujuan penelitian yang sebagaimana telah diutarakan pada Bab I dapat diperoleh hasil yang telah memiliki makna dan memberikan jawaban atas permasalahan yang diajukan.
Pembahasan
Pembelajaran ekonomi merupakan mata pelajaran yang bersifat semi ilmiah antara aplikasi dengan teorinya saling berintegrasi, maka perlu untuk meningkatkan kualitas dan pengembangan dengan berbagai metode-metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa, sehingga diperlukan adanya metode yang mampu melakukan dengan memanfatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Model pembelajaran yang mampu mngembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah model pembelajaran inquiry. Pembelajaran inquiry mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, hal ini disebabkan inquiry memiliki karakteristik membangun sikap aktif, kreatif dan inovatif dan dapat melatih siswa dalam proses mencari dan menemukan berbagai pengetahuan secara mandiri, artinya pembelajaran inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan mengarahkan siswa selama proses pembelajaran dikelas. Pembelajaran inquiry membuat siswa berpikir dan menggunakan segala kemampuannya, baik dalam aspek kecerdasan, emosi, spiritual dan intelektual, karena belajar harus melibatkan semua potensi diri. Inquiry merupakan strategi yang sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Aktivitas pembelajaran inquiry dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Sebab, kemampuan siswa dalam menjawab setiap pertanyaan termasuk bagian dari proses berpikir.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap proses pembelajaran, dimana pada pelaksanaan penelitian yang dilakukan peneliti pada kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran inquiry menunjukkan hasil yang signifikan yaitu mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa SMA di Kelas XI dalam mata pelajaran ekonomi khususnya pada materi ketenagakerjaaan, hal ini terbukti dari data hasil penelitian berdasarkan hasil postes menunjukkan tingkat perbandingan antara hasil postes kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran inquiry hasilnya lebih tinggi dibanding dengan hasil postes dari kelas yang menggunakan pembelajaran secara konvensional.
Pembuktian efektifitas model pembelajaran inquiry dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, dibuktikan pada saat pelaksanaan model pembelajaran inquiry yang telah dilaksanakan oleh peneliti dilapangan, terdapat sintak atau langkah-langkah model pembelajaran inquiry. Langkah-langkah model pembelajaran inquiry ini mempunyai sintak yang representatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Bahwa sintak tersebut menunjukkan suatu aktivitas tahapan atau proses berpikir siswa secara kritis dan sistematis, dimana melalui tahapan ini siswa diajak memecahkan suatu persoalan yang menantang untuk mencari dan menemukan jawaban yang tepat. Proses mencari dan menemukan jawaban yang tepat itulah aktivitas yang penting dilakukan siswa dalam pembelajaran inquiry, karena melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga dalam upaya mengembangkan kemampuan intelektual sebagian dari proses mental. Tujuan utama dari penggunaan pembelajaran inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.
Dengan demikian, selain berorientasi pada hasil belajar, juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran inquiry bukan ditentukan dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, melainkan sejauh mana siswa beraktivitas (mencari dan menemukan). Pentingnya melatih siswa dalam membiasakan siswa berpikir secara kritis dapat memungkinkan siswa menanggulangi dan mereduksi ketidaktentuan di masa mendatang. Siswa yang terlatih membiasakan diri dalam berpikir secara kirtis akan terampil menyusun rencana secara sistematis dan terampil memecahkan masalah. Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dan dapat menghadapi tantangan.
Dengan berpikir kritis, siswa dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah, atau memperbaiki pikirannya sehingga siswa dapat bertindak lebih cepat. Intinya, kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan yang dapat dipelajari, sehingga harus dibelajarkan kepada siswa. Temuan ini memperkuat bahwa model pembelajaran inquiry merupakan suatu model untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran ini dianggap lebih bermakna dan efektif meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa di kelas XI dalam mata pelajaran ekonomi khususnya pada materi ketenagakerjaaan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
- Adanya perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran inquiry dengan siswa yang tidak mendapatkan model pembelajaran inquiry. Dilihat dari hasil pengujian satatistik uji hipotesis (uji-t) menunjukkan terdapat perbedaan antara kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapatkan model pembelajaran inquiry dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
- Adanya efektifitas model pembelajaran inquiry dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dikelas XI. Dilihat dari hasil perhitungan uji gain diperoleh rata-rata indeks gain pada kelas eksperimen yang diklasifikasikan kedalam kelompok indeks gain tinggi sedangkan kelas kontrol dapat dapat dikategorikan kedalam kelompok indeks gain sedang. Artinya memiliki perbedaan peningkatan yang cukup jauh, dimana kelas eksperimen yang menerima perlakuan model pembelajaran inquiry peningkatan dalam berpikir kritis hasilnya lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran secara konvensional. Berdasarkan data tersebut bahwa model pembelajaran inquiry efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran ekonomi khususnya pada materi ketenagakerjaaan.
REFERENSI